NovelRobohnya Surau Kami KRITIK UNSUR INTRINSIK PADA CERITA PENDEK “ROBOHNYA SURAU. Tugas Ilmu Budaya Dasar Softskill Prosa Baru Cerita. Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis Nara Aska. Everyday is Kiki Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A A. Cerpen ROBOHNYA SURAU KAMI rikavert blogspot com. ringkasan Daripermasalahan di atas, penulis mencoba mengangkat sebuah cerpen yang cukup fenomenal berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A Nafis. Dengan maksud supaya kita dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis unsur yang terkandung di dalamnya. Maksudnya, cerita dalam cerpen hanyalah sebagian kecil penggalan hidup manusia. Berbeda fA Unsur Intrinsik Cerpen Robohnya Surau Kami, Karya A.A. Navis 1. Tema Tema adalah pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa dan dasar cerita. Tema dibedakan menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang merupakan pusat pikiran sebuah cerita atau karya sastra. Padacerita “Robohnya Surau Kami”, tergambarkan sekali kehidupan masyarakat Minangkabau. Cerita ini sangat mengagumkan hingga membuat buku ini terkenal sepanjang masa. Salah satu cerpen karya A.A. Navis seperti “Anak Kesayangan” juga memilki akhir yang sangat memilukan dan menyedihkan. Seorang ayah yang ingin anak kesayanganya menjadi ROBOHNYASURAU KAMI RINGKASAN : Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. • Sudut Pandang Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama Orangitulah yang merawat dan menjaganya. Navis Analisis unsur ekstrinsik cerpen Robohnya Surau Kami. Navis lahir di Padang Panjang pada tanggal 17 November 1924. Cerpen Robohnya Surau Kami karya AA. Robohnya Surau Kami oleh. Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. CmVUuh. Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai? Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja. Sumber A. A. Navis. Robohnya Surau Kami. Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1996. Robohnya Surau Kamikumpulan cerita pendek karya Navis / From Wikipedia, the free encyclopedia Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.[1] Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122337 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8306517c2c0eab • Your IP • Performance & security by Cloudflare Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat sepanjang yang kami temukan, namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus cukup besar dan bulunya hitam legam. Pertama kali kami menyadari kehadiran penghuni rumah yang tak diundang, dan tak kami ingini itu, ketika saya tengah menonton film-video The End of the Affair yang dibintangi Ralph Fiennes dan Julianne Moore, seorang diri, sementara istri telah mendengkur kecapaian di kamar. Waktu tiba pada adegan panas pasangan selingkuh Fiennes dan Julianne, tengah bugil di ranjang, yang membuat saya menahan napas dan pupil mata melebar, tiba-tiba kaki saya diterjang benda dingin yang meluncur ke arah televisi, dan saya lihat tikus hitam besar itu berlari kencang bersembunyi di balik rak buku. Jantung saya nyaris copot, darah naik ke kepala akibat terkejut, dan otomatis kedua kaki saya angkat ke atas. Baru kemudian muncul kemarahan dan dendam saya. Saya mencari semacam tongkat di dapur, dan hanya saya temukan sapu ijuk. Sapu itu saya balik memegangnya dan menuju ke arah balik rak saya amat kebelet memukul habis itu tikus. Namun, tak saya lihat wujud benda apa pun di sana. Mungkin begejil item telah masuk rak bagian bawah di mana terdapat lubang untuk memasukkan kabel-kabel pada televisi. Untuk memeriksanya, saya harus mematikan televisi dulu yang ternyata masih menayangkan adegan panas pasangan intelektual Inggris itu. Saya takut kalau tikus keparat itu menyerang saya tiba-tiba. Indonesia 1999, dan Majelis Sastra Asia Tenggara Mastera atas novel Mantra Pejinak Ular 2001, dan SEA Write Award dari Pemerintahan Thailand 2001. Ia meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 pada umur 61 tahun akibat komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal yang diderita setelah untuk beberapa tahun mengalami serangan virus meningo enchephalitis. Sebelum meninggal dunia, ia adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Gadjah Mada dan juga pengajar di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak. Gagasannya yang sangat penting bagi pengembangan ilmu sosial di Indonesia adalah idenya tentang Ilmu Sosial Profetik ISP. Bagi Kuntowijoyo, ilmu sosial tidak boleh berpuas diri dalam usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas, ia juga mengemban tugas transformasi menuju cita-cita yang diidealkan masyarakatnya. Ia kemudian merumuskan tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu sosial profetik, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ide ini kini mulai banyak dikaji. Di bidang sosiologi misalnya muncul gagasan Sosiologi Profetik yang dimaksudkan sebagai sosiologi berparadigma ISP. C. Sinopsis Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA. Navis Cerpen “Robohnya Surau Kami” ini bercerita mengenai di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk, datanglah seseorang yang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut masih tegak berdiri. Meskipun kakek atau garin dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada hal pokok yang membuatnya dapat bertahan, yaitu dia mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue, atau rokok. Kehidupan kakek ini sangat monoton. Ia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau, dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Hasil pekerjaannya itu tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah perbincangan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tidak pernah mengingat anak dan istrinya, tetapi dia pun tidak pernah memikirkan hidupnya sendiri sebab memang tak ingin kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Ia tak berusaha menyusahkan orang lain atau membunuh seekor lalatpun ia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhan. Kakek atau garin penjaga surau begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, ia tidak kuat memikirkan hal itu. Kemudian ia lebih memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematian sang kakek. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau, dia tetap pergi bekerja. D. Sinopsis Cerpen “Burung Kecil Bersarang di Pohon” karya

ringkasan cerita robohnya surau kami